Sabtu, 03 Juli 2010
Meditasi tanggal 4 Juli 2010 adalah meditasi anak-anak. Dilakukan tepat pukul 06.00 WITA, tepatnya saat matahari terbit di ufuk timur. Anak-anak diarahkan untuk berkonsentrasi, dan memperhatikan sikap duduk.
“Telunjuk dilipat, mata terlebih awal dibuka memandangi satu titik. Carilah posisi duduk yang enak. Punggung diusahakan tegak lurus. Setelah memiliki sikap sempurna, maka mata akan tertutup dengan perlahan. Tarik nafas (atur nafas) sesederhana mungkin, tanpa paksaan. Pejamkan mata perlahan. Kita sebenarnya bisa merasakan perwujudan-perwujudan di depan kita, renungilah perwujudan-perwujudan itu. Kosongkanlah pikiran kita ketika kita memejamkan mata. Mohon kepada yang Maha Kuasa agar teringankan dari beban yang selama ini kita pikirkan. Terus atur nafas, setelah menarik nafas, kaki dilipat, telapak kaki menghadap ke atas (padma). Setelah kaki terlipat sebagai padma, telunjuk dibuka dan telapak tangan dibuka ke atas , ini disebut dengan sikap teratai. Tujuannya untuk memberikan keseimbangan pada diri kita. Kembali perlahan-lahan menarik nafas-tahan-dan lepaskan perlahan-lahan (berulang-ulang). Dengan gerakan ini maka kita akan menyeimbangkan diri kita”.
“telapak tangan perlahan-lahan kita angkat diposisikan ditengah-tengah antara wajah dan pundak kita. Lakukan dengan perlahan sehingga kita merasakan dengan sempurna. Lengan kita tarik ke belakang sehingga ia mendekati pundak kita. Kita menerima apa sesungguhnya permintaan kita. Gerakan ini merupakan gerakan yang dimiliki oleh Bhatara Arda Candra. Bila melakukan gerakan ini memohonlah kepada Bhatara Arda Candra. Karena Bhatara Arda Candra telah memberikan telapak tangan untuk mengambil suatu yang indah untuk merasakan sesuatu yang kita ambil. Maka janganlah mengotori tangan kita, agar kita tidak mengotori Arda Candra. Pada saat melakukan gerakan ini, kita akan menyapa jari-jari kita”.
“yang pertama kita sapa adalah telunjuk kita. Karena telunjuk kita yang menunjukkan apa kita menjadi orang baik atau tidak. Apabila telunjuk telah mampu melakukan kebaikan, maka jadikanlah ia raja dalam diri kita (jari tengah). Jari tengah adalah seorang raja. Maka aturlah diri kita agar menjadi positif, kuat, dan mampu. Apabila kita telah mampu menjadi seorang raja, lakukanlah semanis mungkin agar kita disegani. Jadikanlah jari manis sebagai sahabat kita. Bila kita kokoh sebagai raja dan manis dalam melakukannya, janganlah menunjukkan sikap ego. Kita hanya mampu hanya sebagian kecil daripada-Nya. Ini ditunjukkan oleh jari kelingking yang menunjukkan kita adalah orang kerdil yang masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Sedangkan Ibu jari adalah yang menentukkan apakah benar atau tidak, menentukan apakah mampu atau tidak. Ibu yang mengajarkan apakah baik, dharma, bijak…bagaimana kita sesungguhnya”.
“sayangilah jemari kita. Jari ini adalah kehidupan kita. Karena selama ini kita buta. Setiap mata berkedip ini menandakan perubahan pada diri kita. Perabaan tubuh ini diawali oleh jari jemari kita. Apa yang telah kita derita…..maka jarilah yang memegang diri kita, merasakan penderitaan. Kita hidup dari jari kita. Karena itu saat mengambil sesuatu, bermohonlah. Kita akan menggerakkan tangan kita…menghempaskan jari kita. Lakukan dengan sesempurna mungkin. Kita lakukan dengan seindah mungkin. Kemudian letakkan dipusaran kita. Agar kita terlepas dari segala sesuatu yang melintang dihadapan kita. Bila melakukan gerakan ini, kita akan merasakan angin melalui sendi-sendi kita. Bila merasakan kesejukan, maka kita mampu menarik aura yang maha kuasa yang masuk ke dalam diri kita. Sikap tetap pada sikap meditasi agar kita mampu mencerna kesempurnaan pada diri kita”.
“Gerakan ini adalah Parama Satya. Gerakan ini memberikan kekuatan dan mengingatkan pada Parama Atma. Bersujudlah kita kepada Parama Satya, karena Parama Satya telah menitipkan kekuatan pada jasad kita. Gerakan ini menunjukkan kita sujud bakti kepada Parama Satya. Perlahan jari kita tutup tanpa mengubah posisi. Maka pergelangan kita pegang erat-erat ini menggambarkan kita siap untuk menerima sesuatu untuk mengimbangi dalam diri kita, menetralisir kelemahan pada diri kita. Setelah melakukan gerakan ini dengan sempurna, kita mempertemukan dengan jari kita…kita mengambil posisi seperti semula, sikap sempurna kembali. Bukalah mata kita perlahan-lahan….lihatlah diri kita secara perlahan-lahan. Jiwai siapa diri kita. Setelah kita menatap diri kita, bila telah mampu melakukan meditasi dengan sempurna…terima kasihlah kepada diri kita. Maka kita akan menyatakan kepada diri kita, bahwa inilah kesempurnaan diri kita….kita tidak menyia-nyiakan diri kita…karena semua berasal dari diri kita. Maka diri kitalah yang paling kuat….diri kitalah yang paling indah….diri kitalah yang paling buruk….diri kitalah yang paling bijak”.
“segala sesuatu yang ada di alam berasal dari diri kita, untuk menahan diri kita. Cintailah diri kita agar ada penyatuan rasa. Lakukan dengan sungguh-sungguh agar segalanya dating dari segala penjuru tubuh kita. Maka belajarlah menekan apa yang ada dihadapan kita. Kita berbakti kepada diri kita. Kita berbakti pada semua unsur ciptaannya termasuk diri kita. Kerjakanlah apa yang ringan yang mampu kita lakukan. Kerjakan sesuatu yang kau bisa….pikirkan sesuatu yang kau bisa….semampu kita…tidak menyiksa diri kita…itulah kesempurnaan diri kita.
“Om Awignamastu”
“Om Swastyastu”
“Rahayu…Rahayu…Rahayu”
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar